JK berpandangan bahwa Malaysia, demikian pula dengan Singapura, seharusnya memaklumi keadaan itu sebagai risiko menjadi negara tetangga. Ia juga menyebutkan bahwa sebelum kebakaran terjadi, hutan Indonesia sudah menyumbangkan udara bersih kepada kedua negara itu.
“Kita ini lebih menderita. Negara tetangga sudah menikmati 11 bulan (kualitas udara yang bersih dari hutan Indonesia), jadi kalau sebulan asap, ya, itu risiko,” ujar JK, seperti dilansir Okezone.com, Jumat (18/9).
Ia juga meminta agar kedua negara tetangga itu bersabar sebab Indonesia tengah mengerahkan kemampuan semaksimal mungkin untuk memadamkan kebakaran tersebut. “Selalu saya katakana ini masalah alam. Indonesia sudah berusaha sekuat tenaga dan segala biaya sudah hampir 20 heli tapi ternyata sulit. Jangankan Indonesia, Amerika Serikat di California saja sampai berbulan-bulan tidak selesai,” terangnya.
Seperti diberitakan Merdeka.com, kekhawatiran akibat gangguan kabut asap ini mendesak Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengagendakan kunjungan ke Indonesia pada Jumat, 18 September 2015. Secara pribadi dirinya telah bertemu dengan JK dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan. Ia telah mengajukan rencana jangka panjang sebagai komitmen Indonesia mengatasi kasus kebakaran hutan.
“Kita bicarakan juga jerebu (kabut asap). Langkah-langkah yang akan diambil pemerintah Indonesia untuk mengatasi secara long term planning (rencana jangka panjang, red). Ada beberapa pendetilan yang akan dibuat oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab dalam soal itu,” kata Ahmad Zahid Hamidi.
Sebelumnya, kekesalan dua negara terkait kabut asap ini dituangkan lewat media sosial dengan nada menyidir Indonesia. Mereka beramai-ramai menggunakan tagar #TerimakasihIndonesia.